Tuesday 16 January 2018

Muridku Memang Cantik Dan Seksi?


Tak terasa kami tertidur di ruang tengah. Aku baru terbangun ketika waktu menunjukan pukul satu dini hari. Tari tertidur di sampingku dengan mengenakan cd saja. Aku kasihan dengannya yang setia melayani kebutuhan aku sebagai laki-laki yang haus seks. Dia sudah amat lelah. Kuangkat tubuhnya ke spiring bed dalam kamarku, kubuka cd birunya yang basah, kulap memek dengan cdnya tadi. Kuselimuti dia. Dalam selimut dia kupeluk dan kucium mesra mata terbuka sesaat, bibirnya tesenyum sebentar padaku. Mungkin karena lelah matanya terpejam kembali. Tapi memang dasar nafsu kusumat, kontolku tak bosan-bosan ingin segera dimasukan ke liang memeknya. Aku kasihan dengan Tari yang tergulai lemah, sementara kontolku ga mau tahu. Akhirnya cara yang bijak, aku tidur bersamanya dengan cara  berpelukan dan membenamkan kontolku yang tegang ke dalamnya. Aku tertidur hingga pagi. Tapi anehnya kontolku ga tidur. Hingga aku terbangun pukul 5 pagi kontol tetap tegak dalam memeknya. Memang aku tetidur, dalam tidurku aku bermimpi bercinta dengan Tari. Mungkin inilah yang membuat kontolku tidak loyo. Nikmat memang semalaman kontol berada dalam memek. Tari tesetak dari tidurnya dan terbangun kaget.  Segera dia berajak dari tempat tidur hingga kontolku terlepas dari bibir memeknya. Dia berlari kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Kulihat kontol yang semalamanya dalam memeknya kulitnya menjadi agak putih bekas disekap semalaman dalam memeknya.

Akupun berlari ke kamar mandi bukan untuk madi besama Tari. Tetapi justru memeluk Tari dan mengajak becinta lagi, tapi kali ini Tari menolak.

“Mas aku mo ke sekolah, kemarin aku bolos.  Ga kan !” kata sambil mengambil handuk dan melilitkan ke tubuhnya untuk berjalan ke kamar. Aku agak kecewa memang, tapi aku harus mengerti, seharian kami telah melakukan 4 kali, bukan angka yang pantatis memang. Banyak pengantin baru melakukan sampai 7 atau 9 kali semalaman. Kubersihkan tubuhku dengan ini kumudian aku berjalan ke kamar sambil melap tubuh dengan handuk. Kulihat Tari sudah mengenakan celana dam putih dan bra putih yang juga baru dibeli di mall kemarin. Semua pas ukuran dengan tubuhnya. Dia menyisir rambutnya menghadap cermin, sementara seragam putih abu abu siap dipinggi tempat tidur. Kuambil sisirnya dan kubantu menyisir  rambutan lurus panjang sepunggung itu , kubantu keringkan dengan hair dryer. Tari hanya temanggu melihatku dari cermin didepannya. Seperti ada yag ingin dia katakan.

“Maaf ya mas, tadi bukan aku menolak tapi aku tidak ingin bolos aku kasian yang ortuku yang membiayai aku, aku takut  ga naik kelas!” katanya sambil diri menghadap cermin.

No comments:

Post a Comment